Home » Dorong Desa Berdaya Lewat Pertanian Ramah Lingkungan

Dorong Desa Berdaya Lewat Pertanian Ramah Lingkungan

by Abdul Rini
57 views 3 minutes read

Jakarta – Sebuah plang besar bertuliskan Desa Berdaya Sejahtera Indonesia Klaster Pertanian Sehat menyambut pandangan kami. Gerung mesin penggiling terdengar sampai ke gerbang masuk komplek bangunan.
Dari kejauhan, beberapa orang nampak sibuk mengangkat karung-karung berisi gabah untuk digiling. Di sinilah kelompok Gabungan Petani Sehat Ramah Lingkungan (Gapsera) mengelola agribisnisnya. Ada gudang penyimpanan gabah, ruang khusus pemrosesan produk (penggilingan padi), kantor administrasi, hingga ruang pengembangan agen hayati yang tersusun rapi membentuk later U. Lokasinya berada di Lampung, tepatnya di Desa Rejo Asri, Kecamatan Seputih Raman, Lampung Tengah.

Gapsera menjadi kelompok yang memberdayakan sekitar 100 petani lokal desa untuk menerapkan pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Tak hanya budidaya, subsistem agribisnis yang dijalankan kelompok ini yakni mulai dari hulu hingga hilir.

Saat ini produk berasnya sudah cukup populer. Meskipun konsen utamanya adalah komoditas padi, Gapsera tetap memfasilitasi petani yang ingin mengusahatanikan komoditas lain. Tak menutup kemungkinan, di sektor perikanan yaitu budidaya lele yang saat ini sedang berjalan.

Berdiri atas karsa swadaya petani setempat sejak tahun 2011, kala itu kelompok ini sempat mengalami kesulitan. Seperti kurangnya akses bagi petani untuk mengembangkan pengetahuannya akan budidaya dan pemasaran produk.

Di tahun 2018, Program Desa Berdaya Sejahtera Indonesia hadir melalui Laznas Bangun Sejahtera Indonesia Maslahat (BSI Maslahat) yang merupakan mitra strategis PT Bank Syariah Indonesia.

Masuknya program ini turut mendorong kelompok petani berdaya di Desa Rejo Asri untuk menemukan solusi atas permasalahannya melalui bantuan pendanaan rutin dan fasilitas usaha.

“Masuknya (Program) Desa BSI karena ada kegiatan dahulu yang pernah kita lakukan (tapi) belum punya solusi. Solusi kan kita cari, sehingga yang datang BSI ini,” tutur Ketua Kelompok Gapsera, Sukarlin.

Ia juga mengaku hadirnya Program Desa BSI ini membawa dampak yang sangat baik untuk masyarakat desanya, terutama anggota Kelompok Gapsera. Program ini dimaksudkan untuk memberdayakan Mustahik (penerima manfaat) supaya mampu bersaing untuk kehidupan yang lebih baik dan sejahtera.

“Kegiatan mereka (Mustahik) diusahakan supaya lebih maju. Sehingga tidak ada bahasa nganggur atau tidak ada pekerjaan dengan adanya klaster pertanian sehat ini,” imbuhnya.

Karena bantuan pendanaan yang diberikan dalam bentuk zakat produktif, maka dana itu tak diperkenankan untuk digunakan sebagai dana pemenuhan kebutuhan yang bersifat konsumtif, sehingga dana tersebut dimanfaatkan sebagai dana usaha Mustahik. Adapun bentuk skema pendanaan seperti ini, dapat membangun iklim pemberdayaan yang berkelanjutan.

Sukarlin kemudian menceritakan rangkaian proses budidaya padi organik yang dilakukan oleh anggota kelompok. Mulai dari pengolahan lahan, penyediaan benih, pemupukan, penggunaan pestisida nabati, hingga pemanfaatan agen hayati selama masa tanam padi.

Ia juga menunjukkan beberapa saprodi pertanian organik yang diproduksi mandiri oleh kelompok. Seperti pupuk kompos, mol, dan formula lain untuk meningkatkan produktivitas serta menjaga daya tahan tanaman terhadap penyakit.

Pertanian organik dipilih lantaran punya banyak keuntungan bagi kelangsungan makhluk hidup dan kelestarian alam.

“Pertanian organik meningkatkan kesuburan tanah, menghidupkan kembali keragaman hayati, mengurangi residu pestisida bagi pelaku usaha, menghasilkan produk aman konsumsi,” jelas Sukarlin.

Dirinya juga menuturkan kelompok Gapsera memperoleh penghargaan lingkungan Kalpataru di tahun 2019 untuk kategori pertanian organik dan ramah lingkungan.

Pemasaran hasil pertanian organik memiliki tantangan tersendiri. Lantaran rata-rata konsumen di Indonesia belum sadar akan manfaat produk organik bagi kesehatan dan lingkungan. Namun, Sukarlin mengatakan tak begitu sulit untuk memasarkan produknya. Pihak Lazis BSI Maslahat juga turut membantu dalam pemasaran produk-produk kelompok Gapsera.

“Kami memasarkan di komunitas, termasuk (melalui jaringan) di pembina kita, kita sampaikan kalau produk kita sudah berlisensi, sudah organik. Pembelinya nanti (juga) bisa dari Laznas lagi (membantu memasarkan),” tuturnya.

Secara umum, Sukarlin menilai pendapatan petani yang tergabung di kelompok Gapsera terutama penggiat pertanian organik cenderung naik. Hal tersebut karena penekanan biaya produksi dengan menggunakan saprodi dari bahan-bahan organik yang memiliki harga relatif terjangkau, juga dapat diproduksi secara mandiri. Selain itu, beras organik memiliki harga yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pertanian non-organik.

“Kalau dianggap naik, ya bisa. Karena dari penghematan sarana produksi yang mereka gunakan,” pungkasnya.

Sumber : Detik

You may also like