Home » Simak! Begini Hubungan Mantu Megawati dan CBRE yang Mau IPO

Simak! Begini Hubungan Mantu Megawati dan CBRE yang Mau IPO

by Cakra Wardani
72 views 5 minutes read

 

PT Cakra Buana Resources Energy Tbk (CBRE) dalam hitungan hari akan menyandang status sebagai perusahaan publik.

Saat ini tahapan Penawaran Umum Perdana Saham atau Initial Public Offering (IPO) CBRE sudah masuk ke hari terakhir tahap offering.

Apabila mengacu pada prospektus perseroan, tanggal pencatatan saham CBRE akan dilakukan pada 9 Januari 2023.

Melihat banyaknya perusahaan yang sudah mengantre untuk mendapatkan cap “tbk” sebenarnya seperti apa jeroan CBRE dan prospeknya ke depan?

Berdiri nyaris 6 tahun silam CBRE memiliki ambisi untuk menjadi perusahaan angkutan laut khusus untuk barang umum baik di dalam negeri hingga mancanegara.

Hingga 30 Juni 2022, perseroan memiliki dan mengoperasikan armada berupa 2 unit kapal tunda dan 5 unit kapal tongkang dengan kapasitas masing-masing sebesar 2.000 metrik ton dan 8.000 metrik ton.

Fokus utama jasa angkutan laut CBRE adalah untuk pengangkutan berbagai komoditas curah seperti hasil tambang, barang konstruksi, alat berat, barang pertanian dan barang industri lainnya.

Untuk diketahui, sektor transportasi dan logistik sedang berada di fase pertumbuhan yang sangat pesat. Kenaikan harga komoditas global terutama komoditas tambang dan energi membuat sektor angkutan laut ikut ketiban durian runtuh.

Indonesia sebagai produsen dan eksportir komoditas juga jelas diuntungkan dengan kondisi tersebut. Perang Rusia dengan Ukraina yang membuat rantai pasok terganggu pada akhirnya menguntungkan posisi Indonesia.

Eropa yang mengalami krisis energi bahkan sampai meminta Indonesia untuk ikut serta memasok batu bara ke Benua Biru. Dalam kasus ini yang ketiban berkah bukan hanya emiten pertambangan tetapi juga perkapalan.

Melihat banyaknya perusahaan yang sudah mengantre untuk mendapatkan cap “tbk” sebenarnya seperti apa jeroan CBRE dan prospeknya ke depan?

Berdiri nyaris 6 tahun silam CBRE memiliki ambisi untuk menjadi perusahaan angkutan laut khusus untuk barang umum baik di dalam negeri hingga mancanegara.

Hingga 30 Juni 2022, perseroan memiliki dan mengoperasikan armada berupa 2 unit kapal tunda dan 5 unit kapal tongkang dengan kapasitas masing-masing sebesar 2.000 metrik ton dan 8.000 metrik ton.

Fokus utama jasa angkutan laut CBRE adalah untuk pengangkutan berbagai komoditas curah seperti hasil tambang, barang konstruksi, alat berat, barang pertanian dan barang industri lainnya.

Untuk diketahui, sektor transportasi dan logistik sedang berada di fase pertumbuhan yang sangat pesat. Kenaikan harga komoditas global terutama komoditas tambang dan energi membuat sektor angkutan laut ikut ketiban durian runtuh.

Indonesia sebagai produsen dan eksportir komoditas juga jelas diuntungkan dengan kondisi tersebut. Perang Rusia dengan Ukraina yang membuat rantai pasok terganggu pada akhirnya menguntungkan posisi Indonesia.

Eropa yang mengalami krisis energi bahkan sampai meminta Indonesia untuk ikut serta memasok batu bara ke Benua Biru. Dalam kasus ini yang ketiban berkah bukan hanya emiten pertambangan tetapi juga perkapalan.

Secara sektor sebenarnya sedang ‘sexy’. Belum lagi ambisi masa pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk kembali menggenjot infrastruktur lewat proyek Ibu Kota Negara baru (IKN) di Kalimantan yang pastinya akan turut serta mendorong sektor transportasi dan logistik baik darat maupun laut.

Dalam aksi korporasinya, CBRE akan melepas 738 juta saham baru atas nama setara dengan 16,26% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Setiap 1 saham CBRE dihargai Rp 108 sehingga pendanaan yang diperoleh mencapai Rp 79,7 miliar.

Sebanyak 40% dari pendanaan akan digunakan untuk belanja modal (capital expenditure) dan sisanya untuk modal kerja. Secara size, pendanaan yang diperoleh tidak terlalu besar sehingga pasar masih mampu untuk menyerap.

Dengan sektor yang sedang jadi primadona, kebutuhan pendanaan yang tidak terlalu besar dan likuiditas di pasar masih mencukupi tak menutup kemungkinan CBRE mengalami kelebihan permintaan atau oversubscribed.

Hal lain yang menjadi sorotan dari IPO CBRE adalah perseroan tidak hanya menerbitkan saham tetapi juga Waran Seri I sebanyak 1.328.400.000. Artinya setiap pemegang 5 saham baru berhak mendapatkan waran 9.

Rasio saham banding waran 5:9 tentu saja membuat IPO ini menjadi menarik. Bagi investor pemula, perlu diperhatikan bahwa waran bersifat gratis. Namun untuk mengkonversinya menjadi saham perlu ditebus dalam kurun waktu tertentu.

Untuk setiap 1 Waran Seri I CBRE dapat dikonversi menjadi saham dengan harga pelaksanaan di Rp 258/unit dan dapat dilaksanakan 6 bulan setelah penerbitan atau mulai 10 Juli 2023 dan berlaku sampai 8 Januari 2025.

Dalam kondisi krisis energi tetap terjadi, harga komoditas tetap tinggi dan langkanya suplai kapal terus berlangsung, ini akan menjadi katalis positif untuk kinerja keuangan serta harga saham CBRE.

Apabila harga saham melesat tinggi dan melampaui harga tebus waran, maka ini juga bisa membuka peluang cuan ekstra untuk investor. Selain itu emiten berpotensi mendapatkan pendanaan tambahan dari konversi waran yang dapat digunakan untuk memperkuat permodalan atau ekspansi.

Hal lain yang juga menjadi sorotan pelaku pasar adalah struktur pemegang saham CBRE dan afiliasinya.

Mengacu pada prospektus peseroan, sebelum IPO ada 4 pemegang saham CBRE yakni PT Omudas Investment Holdco (OIH), PT Republik Capital Indonesia (RCI), PT Bima Harsa Rahardja (BHR) dan Herlienna Qisthi.

OIH menjadi pemegang saham pengendali CBRE dengan menguasai 69,35 miliar saham atau setara dengan 73% sebelum IPO dan 61,13% setelah IPO.

Di dalam prospektus CBRE dijelaskan bahwa OIH menjalankan kegiatan usaha perdagangan besar atas balas jasa (fee)/kontrak, aktivitas perusahaan holding dan konsultasi manajemen lainnya yang sahamnya dikuasai oleh Suganto Gunawan (51%) dan Suminto Husin Giman (49%).

Selanjutnya, nama Suwito dan Rivolinggo Pamudji tertera sebagai Komisaris dan Komisaris Independen perseroan.

Suwito sendiri juga tercatat sebagai Presiden Direktur PT Red Planet Tbk (PSKT) sedangkan Rivolinggo Pamudji tercatat sebagai Direktur Pengembangan Usaha PSKT sejak 2020. Sementara, Suganto Gunawan sempat menjadi Komisaris Independen PSKT pada periode 2014 hingga 2021.

Untuk diketahui, PSKT sendiri merupakan salah satu emiten perhotelan yang sahamnya dimiliki secara mayoritas oleh suami ketua DPR RI Puan Maharani yakni Happy Hapsoro.

Dalam struktur pemegang saham PSKT, Hapsoro tercatat menjadi pemegang saham melalui kendaraan investasinya yaitu PT Basis Utama Prima yang menguasai 40% saham perseroan dan menjadi pengendali.

Sektor perkapalan yang sedang manggung, bonus waran yang menarik, serta yang terpenting adanya backing menantu Presiden RI ke-5 inilah yang membuat IPO CBRE layak beli.

Source : CNBC

You may also like