5 ‘Harta Karun’ ASEAN, Dunia Bisa Geger Tanpa Ini


Perhelatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 Negara-Negara Asia Tenggara (ASEAN) tahun 2023 sudah dimulai, di mana KTT ASEAN kali ini akan digelar pada 5-7 September 2023 di Jakarta Convention Center (JCC).

Acara tersebut akan dihadiri oleh 11 pemimpin negara ASEAN, 9 pemimpin atau perwakilan negara mitra wicara ASEAN, dan 9 pemimpin perwakilan organisasi internasional.

Terlepas dari acara puncak KTT ASEAN yang sudah berlangsung mulai hari ini hingga Kamis mendatang, beberapa negara di ASEAN, terutama lima negara besar ASEAN tentunya memiliki masing-masing komoditas andalan yang dapat berkontribusi menambah pundi-pundi pendapatan. Ada lima komoditas penting yang menjadi andalan ASEAN yatu batu bara, minyak sawit, kelapa, kopi, hingga  beras.

Sebagian besar, komoditas andalan ASEAN berupa komoditas pertanian, yang tentunya memang sudah menjadi budaya bahwa negara-negara Asia lebih mengarah ke sektor pertanian, karena sebagian besar masyarakatnya sudah mengenal bercocok tanam.

Apalagi, sebagian besar negara di Asia merupakan iklim tropis, sehingga beberapa sektor pertanian sangat cocok menjadi komoditas andalan.

Kelima komoditas tersebut bagi seluruh masyarakat global dan bisa menimbulkan kegaduhan jika ditarik dari perdagangan global. Contoh nyata adalah keputusan Indonesia menghentikan ekspor batu bara dan minyak sawit mentah pada 2022 yang membuat dunia kalang kabut. Harga komoditas energi dan pangan pun langsung terbang.

Berikut komoditas andalan dari lima negara besar di ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

1. Indonesia (Batu bara)

Batu bara merupakan komoditas energi yang saat ini menjadi perhatian karena mulai banyaknya kembali negara-negara yang mempergunakan komoditas energi ini, setelah adanya embargo dari Barat terhadap komoditas energi dari Rusia.

Bahkan, batu bara saat ini masih menjadi sumber energi terbesar dunia. Guna batu bara adalah sebagai sumber energi listrik dan bahan bakar industri.

Batu bara sendiri menyuplai sekitar 27% dari total energi dunia pada 2019, berdasarkan data International Energy Agency (IEA). Sementara untuk kebutuhan pembangkit listrik dunia batu bara berkontribusi 36% pada 2019, menjadi yang terbesar diantara energi lainnya.

Foto: Berbagai sumber dan diolah
Batu Bara

Permintaan batu bara global yang terus meningkat berjalan beriringan dengan produksi ’emas hitam’ di ASEAN. Berdasarkan BP Statistical Review 2022, permintaan batu bara global tumbuh 1,5 miliar ton sejak 2011 hingga 2021, menjadi 8,2 miliar ton pada periode terakhir.

ASEAN  memiliki kontribusi sekitar 10% dari total produksi batu bara global. Indonesia, Thailand, dan Vietnam menjadi produsen terbesar di ASEAN masing-masing sebesar 563,7 juta ton, 13,3 juta ton, dan 48,4 juta ton.

Batu bara menjadi komoditas paling diunggulkan oleh Indonesia, karena Indonesia sendiri merupakan produsen terbesar di kawasan ASEAN, bahkan menjadi salah satu produsen batu bara terbesar di dunia.

Batu bara menjadi salah satu komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap pendapatan Indonesia. Sebab batu bara menjadi ekspor andalan yang memberikan devisa terbesar bagi Indonesia.

Pada 2022, realisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Indonesia dari sektor ESDM pada 2022 lalu mencapai Rp 351 triliun. Penerimaan terbesar pada 2022 ini berasal dari sektor pertambangan mineral dan batu bara (Minerba) yang mencapai Rp 183,4 triliun.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebutkan produksi komoditas batu bara dalam negeri sudah mencapai 24% atau sebesar 167 juta ton per Mei 2023.

Plt Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Muhammad Wafid menyebutkan bahwa per Mei 2023 produksi batu bara sudah mencapai 167 juta ton dari target produksi batu bara tahun 2023 ini 694,5 juta ton.

Sebelumnya, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Direktorat Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Lana Saria mengatakan target produksi batu bara di tahun 2023 sebesar 694,5 juta ton. Target ini lebih tinggi dibandingkan pada target produksi di tahun 2022 lalu yang sebesar 663 juta ton.

“Target produksi 2023: 694,5 juta ton,” ujar Lana saat dihubungi CNBC Indonesia, dikutip Jumat (20/1/2023).

2. Malaysia (Minyak Kelapa Sawit)

Minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) merupakan salah satu komoditas pertanian cukup penting. Tak hanya itu saja, CPO juga dapat menjadi komoditas energi.

Malaysia mengandalkan CPO sebagai komoditas unggulannya, karena Malaysia sendiri menjadi salah satu produsen CPO terbesar di dunia, meski bukan menjadi yang pertama.

Bahkan, Malaysia pun mempunyai bursa CPO yang dapat menjadi harga acuan untuk CPO dunia.

Berdasarkan data dari US Department of Agriculture (USDA), produksi CPO Malaysia untuk tahun 2022-2023 mencapai 18,8 juta metrik ton.

Malaysia juga menjadi salah satu eksportir CPO terbesar kedua di dunia, di mana pada 2020, Malaysia mengekspor sekitar 16,2 juta metrik ton minyak sawit dan produk berbasis kelapa sawit.

Secara keseluruhan, industri minyak sawit menyumbang sekitar 36,9 miliar ringgit terhadap total produk domestik bruto (PDB) Malaysia.

3. Filipina (Kelapa)

Kelapa merupakan komoditas pertanian yang cukup penting, karena dari produk langsungnya maupun turunannya.

Alternatif produk yang dapat dikembangkan dari kelapa antara lain virgin coconut oil (VCO), gula kelapa, oleokimia, kelapa parut kering, coconut cream/milk, arang tempurung, karbon aktif dan serat kelapa.

Filipina menjadi produsen kelapa terbesar di kawasan ASEAN. Berdasarkan data dari Philippine Statistics Authority (PSA), produksi kelapa Filipina mencapai 14 juta metrik ton (MT) dalam tiga tahun terakhir.

Dalam beberapa dekade terakhir, PSA juga mengatakan bahwa ekspor kelapa memberikan kontribusi rata-rata tahunan sebesar 35% terhadap total ekspor pertanian negara tersebut.

Bahkan, Otoritas Kelapa Filipina (PCA) menargetkan penanaman 100 juta pohon di lahan terbuka di Mindanao dan tempat tinggal masyarakat adat, sebagai bentuk dukungan untuk bertahan di pasar kelapa global.

4. Thailand (Beras)

Beras adalah salah satu produk makanan pokok paling penting di dunia, terutama berlaku di Benua Asia, tempat beras menjadi makanan pokok untuk mayoritas penduduk (terutama di kalangan menengah ke bawah masyarakat).

Benua Asia juga merupakan tempat tinggal dari para petani yang memproduksi sekitar 90% dari total produksi beras dunia.

Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), Indeks Harga Beras per Juli naik 2,8% menjadi 129,7 poin. Angka tersebut naik 19,7% dibandingkan tahun lalu, dan nilai nominal tertinggi sejak September 2011, data dari FAO menunjukkan bahwa kenaikan harga paling tajam datang dari Thailand.

Thailand sendiri menjadi salah satu negara dengan produsen beras terbesar di ASEAN, di mana produksinya mencapai 21,8 juta ton pada 2022, berdasarkan data dari Office of Agricultural Economics (OAE).

Pada tahun 2020, Thailand pernah mengekspor 7-8 juta ton beras. Tak heran, beras menjadi komoditas andalan bagi Thailand.

Bahkan menurut kutipan dari buku Ilmu Pengetahuan Sosial 3 karya Ratna Sukmayani dkk., (2004) dijelaskan bahwa Thailand merupakan salah satu negara di kawasan Asia Tenggara yang memiliki luas sawah mencapai 514.000 kilometer persegi.

Hal tersebut yang membuat sawah di Thailand sangat luas. Salah satu kawasan di Thailand yang menjadi penghasil padi adalah Suphan Buri.

Lokasi tersebut jaraknya tidak jauh dari ibu kota Bangkok dan memiliki tingkat produktivitas padi yang tinggi. Dalam satu tahun petani di kawasan tersebut mampu panen padi sebanyak empat kali.

Sebagian besar masyarakat Thailand merupakan petani yang menanam padi. Dari 17,7 juta hektar lahan yang dimiliki Thailand, 9,2 juta hektarnya ditanami padi. Pemerintah Thailand juga terus berupaya untuk menggenjot produksi padi setiap tahunnya.

Hal tersebut diwujudkan oleh pemerintah Thailand dengan cara membangun proyek irigasi skala besar serta memperkenalkan varietas padi unggul. Mereka melakukan itu semua demi meningkatkan hasil produksi beras mereka.

5. Vietnam (Kopi)

Kopi adalah tanaman hasil pertanian yang di jadikan minuman hasil seduhan biji kopi yang telah disangrai dan dihaluskan menjadi bubuk. Kopi merupakan salah satu komoditas di dunia yang dibudidayakan lebih dari 50 negara, di mana salah satunya yakni Vietnam.

Vietnam menjadi negara penghasil kopi terbesar kedua di dunia dan pertama di ASEAN. Berdasarkan data USDA tahun 2020, total produksi kopi Vietnam mencapai 29 juta karung. Namun, Vietnam hanya memfokuskan diri memproduksi kopi robusta.

Kopi jenis robusta mengandung kafein dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan jenis arabika. Vietnam merupakan penghasil kopi robusta nomor satu di dunia, di mana produksi untuk globalnya mencapai 40% pada periode 2019-2020.

Sumber: CNBC Indonesia

Related posts

ID Food Mendorong Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pertanian dan Pangan

Kemendag dorong produk pertanian Indonesia masuk pasar Australia

Pinjaman Ultra Mikro BRI Bikin Petani Ini Raup Omzet Rp 36 Juta