Ekspor Pertanian Indonesia Masih Cemerlang

Sektor pertanian sejauh ini mampu membuktikan diri sebagai penopang ekonomi di saat pandemi Covid-19 serta memenuhi komoditas dalam negeri dan ekspor secara baik.

Rilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Selasa (15/8/2023) mengungkapkan, nilai ekspor Indonesia pada Juli 2023 mencapai USD20,88 miliar atau naik 1,36 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut secara bulanan ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta industri pengolahan.

Sektor pertanian memang sejauh ini mampu membuktikan diri sebagai penopang ekonomi di saat pandemi Covid-19 serta memenuhi komoditas dalam negeri dan ekspor secara baik.

Hal itu diutarakan Wakil Presiden RI KH Ma’ruf Amin saat melepas ekspor komoditas pertanian ke 176 negara dengan nilai transaksi sebesar Rp12,45 triliun. Sebagai bagian dari program Merdeka Ekspor Kementerian Pertanian (Kementan), yang digelar di Kawasan Terminal Petikemas, Koja, Pelabuhan Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Selasa (15/8/2023).

Ekspor itu meliputi antara lain komoditas jahe, susu, telur, pakan ternak, dan durian. Merdeka Ekspor ini secara serentak dilakukan di pelabuhan laut, pos lintas batas negara, maupun bandar udara di seluruh Indonesia.

Adapun khusus nilai ekspor komoditas pertanian melalui Pelabuhan Tanjung Priok senilai Rp2,29 triliun. Komoditas yang diekspor meliputi hortikultura senilai Rp248,5 miliar, perkebunan Rp1,78 triliun, tanaman pangan Rp240 miliar, dan hasil peternakan Rp21,5 miliar.

Mengacu data BPS, Wapres menyebut, volume nilai ekspor hingga Juni 2023 mencapai 21,2 juta ton. Ekspor tersebut ditopang komoditas perkebunan, hortikultura, peternakan dan produk olahan lain yang sudah masuk proses hilirisasi.

“Kita melakukan ekspor untuk yang kesekian kalinya. Menurut Pak Menteri, ekspor ini bisa mencapai Rp900 triliun. Artinya kita tidak hanya negara pengimpor tetapi juga pengekspor. Ini adalah usaha keras kita dan apa yang kita ekspor juga bukan hanya mentah tapi hilirisasi. Kita memang ingin produk hilirisasi ini terus berkembang. Ini akan membantu mengembangkan usaha masyarakat, terutama UMKM,” jelas Wapres.

Pemerintah menegaskan, meski ekspor terus diupayakan meningkat, ketersediaan pangan di dalam negeri tetap harus dipenuhi. Untuk itu, menghadapi ancaman kekeringan akibat El Nino, pemerintah telah menyiapkan sejumlah langkah agar ketersediaan pangan strategis tetap terjaga.

Kendati komoditas yang diekspor saat ini adalah komoditas non 12 bahan pokok dan dibutuhkan oleh negara lain, stok di dalam negeri cukup aman. “Alhamdullilah dari apa yang sudah kita validasi dilapangan, 12 komoditas strategis kita aman, meski demikian kita tidak boleh lengah, tetap waspada,” tukas Wapres.

Pada kesempatan yang yang sama, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa kegiatan ekspor pertanian akan terus ditingkatkan dengan mendorong pengembangan hilirisasi produk jadi sesuai arahan presiden dan wakil presiden. Meski terjadi pandemi dan ketegangan politik di sejumlah negara, ekspor pertanian terbukti meningkat signifikan.

Pada 2020 ekspor pertanian mampu mencapai Rp451,77 triliun, meningkat 15,79 persen dibandingkan 2019 yang hanya mencapai Rp390,16 triliun. Begitupun di 2021, ekspor pertanian tercatat mencapai Rp616,35 triliun meningkat 36,43 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada 2022, ekspor pertanian mencapai Rp658,18 triliun meningkat 6,79 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. Lalu tahun ini, ekspor pertanian juga diprediksi meningkat. Mengingat realisasi ekspor pertanian periode Januari–Juni 2023 tercatat telah mencapai Rp260,33 triliun, angka ini diyakini akan terus meningkat.

Indonesia kini bisa mengakselerasi ekspor berkat perbaikan kinerja dari Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian. Barantan sekarang tidak cuma bertugas di pelabuhan dan bandara, melainkan bertugas mengawal ekspor dari tingkat budi daya sampai persiapan ekspor.

Kinerja Barantan kini mampu menekan delaying time yang biasanya berhari-hari bahkan berbulan-bulan ketika mau ekspor, menjadi paling lama enam jam. Bahkan pernah hanya tiga jam. Prosedur impor pun demikian.

Sumber : Indonesia.go.id

Related posts

ID Food Mendorong Peningkatan Akses Perempuan di Sektor Pertanian dan Pangan

Pinjaman Ultra Mikro BRI Bikin Petani Ini Raup Omzet Rp 36 Juta

Ratusan Ha sawah di Situbondo siap panen musim tanam dua