Home » Harga Gula Tak Lagi Manis, Tembus Rekor Tertinggi Satu Dekade

Harga Gula Tak Lagi Manis, Tembus Rekor Tertinggi Satu Dekade

by Jhon Sabri
34 views 3 minutes read

Jakarta, CNBC Indonesia – Kenaikan harga pangan pokok belakangan cukup bikin pusing rakyat Indonesia. Masih di hantui lonjakan lebih lanjut dari komoditas beras akibat El Nino, kini gula juga menjadi korban selanjutnya. Harganya diam-diam sudah merangkak naik.

Menilik data Bank dunia periode September 2023 rata-rata harga gula mentah (raw sugar) global sudah mencapai US$ 0,58 per kilogram, atau sekitar Rp 9.048 (asumsi kurs Rp 15.600/US$). Harganya saat ini naik 9,8% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan melesat 48,4% dibandingkan tahun sebelumnya sekaligus mencatat rekor dalam satu dekade terakhir.

Food and Agriculture Organization (FAO) menilai bahwa lonjakan harga gula global tahun ini tak lepas dari kemunculan El Nino yang merupakan fenomena pemanasan suhu permukaan laut yang bisa menimbulkan anomali cuaca berupa kekeringan di sebagian belahan dunia, sekaligus peningkatan curah hujan di belahan dunia lainnya. Hal ini bisa mengganggu produksi pertanian.

“Kenaikan harga gula global terutama dipicu meningkatnya kekhawatiran bahwa fenomena El Nino akan berdampak terhadap prospek produksi global,” kata FAO dalam laporanWorld Food Situationedisi September 2023.

Adapun harga gula global berpotensi naik lagi dalam beberapa waktu ke depan. Pasalnya, menurut FAO, saat ini kenaikan harga masih tertahan oleh panen di Brazil, yang merupakan negara produsen tebu terbesar dunia.

Panen di Brazil yang sedang berlangsung saat ini masih membatasi kenaikan harga. Melemahnya nilai tukar mata uang Brasil terhadap dolar Amerika Serikat, serta rendahnya harga etanol, juga berkontribusi menahan kenaikan harga gula dunia. Bukan hanya di skala global, kenaikan harga gula juga sudah terlihat di skala nasional.

Menilik harga Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPSN) , harga gula terus melonjak. Bahkan sudah melampaui harga tertinggi tahun 2022. Per Kamis (5/10/2023) harga gula terpantau sudah berada di Rp 15.900. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya harganya sudah naik 5,29% atau hanya berada di Rp 15.100 per kilogram.

Sepekan lalu, 27 September 2023, harga tercatat masih di Rp15.220 per kg. Artinya, harga saat ini sudah melampaui acuan yang ditetapkan pemerintah. Harga tersebut adalah rata-rata harian nasional di tingkat pedagang eceran.

Secara rata-rata bulanan nasional, harga tertinggi tahun 2022 tercatat di Rp14.750, terjadi di bulan April. Sementara, sejak awal tahun 2023, harga tercatat terus menanjak hingga saat ini mencapai level tertinggi bulanan di Rp15.350 per kg, di bulan Oktober 2023.

Indonesia Masih Impor Gula

Indonesia memang belum lepas dari impor gula. Meski konsumsinya menurun, produksi dalam negeri belum kunjung mencukupi.

Mengutip laporan Outlook Komoditas Perkebunan Tebu 2022 yang dikeluarkan Kementerian Pertanian, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS), konsumsi langsung di rumah tangga untuk komoditas gula di Indonesia selama periode 2002-2021 memiliki kecenderungan menurun dengan rata-rata penurunan 1,83% per tahun.

Pada 2002, konsumsi gula per kapita sebesar 9,203 kg dan berkurang menjadi 5,8556 kg pada 2021. Penurunan konsumsi gula ini disebabkan pertimbangan masyarakat akan risiko kesehatan apabila mengkonsumsi gula dalam jumlah banyak. Selama periode tersebut, terjadi penurunan konsumsi gula tertinggi terjadi pada 2012 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),Indonesia telah melakukan impor gula sekitar 3,5 juta ton selama periode Januari-Agustus 2023. Impor gula tersebut mayoritas berasal dari Thailand, yakni mencapai 2,1 juta ton atau berkontribusi 60,63% dari total impor gula nasional.

Negara asal impor gula terbesar berikutnya adalah Australia dengan volume 551 ribu ton atau 15,89%, kemudian diikuti Brasil 500 ribu ton atau 14,43%, dan India 308 ribu ton dengan persentase 8,9%. Sementara, impor gula dari negara-negara lainnya hanya sekitar 5 ribu ton atau sekitar 0,15%.

Indonesia bahkan disebut-sebut sebagai importir gula terbesar di dunia, baik untuk gula konsumsi maupun untuk kebutuhan produksi industri atau gula rafinasi. Tak ingin berlama-lama jadi importir terbesar di dunia, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan target baru untuk produksi dan swasembada gula di Indonesia.

Target itu ditetapkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No 40/2023 tentang Percepatan Swasembada Gula Nasional dan Penyediaan Bioetanol sebagai Bahan Bakar Nabati (Biofuel). Perpres yang diundangkan dan berlaku mulai 16 Juni 2023 itu juga menargetkan penyediaan bioetanol, bahan bakar nabati (biofuel) dari tebu.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi dalam catatan CNBC Indonesia pernah mengatakan, untuk bisa swasembada gula harus melibatkan seluruh stakeholders.

Sumber : CNBC

You may also like