Home » Fakta Menyedihkan, Pertanian RI Kalah Saing Dari Manufaktur

Fakta Menyedihkan, Pertanian RI Kalah Saing Dari Manufaktur

by Jhon Sabri
37 views 2 minutes read

Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat selama 10 tahun terakhir permasalahan pertanian Indonesia tak banyak berubah. Mulai dari sisi produktivitas yang masih rendah, hingga kesejahteraan petani yang terus menyusut.

Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, untuk produktivitas pertanian, yang tercermin dari nilai produk domestik bruto atas dasar harga konstan per pekerjanya sejak 2012 hingga 2022 hanya bergerak di kisaran Rp 20 juta sampai Rp 40 juta.

Nilai itu jauh lebih rendah dari industri pengolahan yang nilainya berkisar antara Rp 100 juta sampai dengan Rp 120 juta. Padahal, dia menekankan kedua sektor ini sama-sama menjadi motor penggerak ekonomi Indonesia selama 10 tahun terakhir dengan kontribusi masing-masing ke PDB 12,40% dan 18,34%.

“Yang perlu jadi catatan kita bahwa produktivitas sektor pertanian lebih rendah di bawah sektor industri pengolahan,” ucap wanita yang akrab disapa Winny itu dalam Desiminasi Hasil Sensus Pertanian di Jakarta, Senin (4/12/2023).

Dari profil tenaga kerjanya, Winny mengatakan, yang berstatus tenaga kerja informal juga tak banyak berubah selama 10 tahun terakhir, sejak 2013-2023. Sejak 2013, ia mengatakan, tenaga kerja informal di sektor pertanian selalu berada di kisaran 88%, sedangkan 2023 naik tipis menjadi sebesar 88,42%.

Ini menurutnya, tak lain disebabkan mayoritas tenaga kerja di sektor pertanian adalah tamatan sekolah dasar dengan porsi 74,89% atau sebanyak 30,48 juta orang, sedangkan diploma ke atas hanya sebanyak 1,82% dengan jumlah sekitar 700 ribu orang.

Usianya pun didominasi oleh tenaga kerja berumur 45-59 tahun dengan jumlah 13,83 juta orang, 60 tahun ke atas sebanyak 9,77 juta orang atau 24,02%, 30-44 tahun sejumlah 11,16 juta orang 27,43%, dan kurang dari 30 tahun sebanyak 5,93 juta orang atau 14,57%.

“Berdasarkan umur 58% di atas 45 tahun ke atas sehingga tenaga kerja di sektor pertanian cenderung menua. Ini menjadi perhatian kita bersama dorong regenerasinya,” tuturnya.

Di sisi lain, dia melanjutkan upah riil sektor bagi para tenaga kerja di sektor pertanian juga terus menurun trennya ke level Rp 51.453 per hari, selalu bergerak di bawah upah nominal sektor pertanian yang trennya naik ke level Rp 59.226. Namun, Winny menekankan upah nominal tak mencerminkan kondisi sebenarnya pendapatan petani karena belum termasuk pengurangan inflasi pedesaan.

“Secara nominal memang meningkat tapi itu tidak bisa menggambarkan secara persis kesejahteraan petani, sedangkan upah riil terus menurun,” tuturnya.

Akibatnya, Amalia mengatakan, persentase penduduk miskin juga mayoritas terletak di kantong-kantong pedesaan yang perekonomiannya didominasi sektor pertanian. Persentase penduduk miskin secara nasional pada Maret 2023 sebesar 9,36%, tapi 12,22% ada di pedesaan, dan perkotaan hanya 7,29%.

“Sebagian besar rumah tangga miskin menurut sumber penghasilan utama atau 48,86p memiliki sumber penghasilan utama dari sektor pertanian,” tegas Winny.

Sumber : CNBC

You may also like