Kemarau Tak Berkesudahan, Risiko Asuransi Tani Naik

Jakarta, CNBC Indonesia – Kekeringan akibat fenoma el nino yang belakangan terjadi di Indonesia diprediksi akan membuat klaim atas produk asuransi usaha tani padi (AUTP) merangkak naik.

BMKG memperkirakan puncak kemarau masih terjadi pada Oktober. Dengan adanya kemarau berkepanjangan, pada kemungkinan akan mengalami kekurangan air, sehingga mengakibatkan kerusakan fisik dan/atau kerugian pada tanaman padi.

Kerusakan yang berakibat pada gagal panen ini merupakan salah satu risiko yang dijamin oleh perusahaan asuransi. Secara tidak langsung, hal tersebut tentunya berpotensi terhadap adanya peningkatan klaim AUTP terhadap perusahaan asuransi.

Menanggapi hal ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong penyelenggara Asuransi Pertanian untuk melakukan langkah-langkah mitigasi risiko kekeringan dan koordinasi dalam rangka peningkatan layanan AUTP. Salah satunya dengan bekerja sama dengan BMKG.

Salah satu penyelenggara asuransi pertanian adalah PT Jasindo (Persero). Kegiatan usaha Jasindo adalah menjalankan usaha Asuransi umum, yang secara garis besar memasarkan produk asuransi baik ritel maupun korporasi.

“Kerjasama dengan BMKG dalam hal studi bersama dan perolehan data iklim serta cuaca untuk dapat dimanfaatkan Asuransi Jasindo sebagai early warning dan data yang cukup untuk mengantisipasi risiko katastrofik,” ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono dalam jawaban tertulis RDK OJK, dikutip Kamis, (12/10/2023).

Selain itu, OJK juga mendorong asuransi untuk melakukan studi bersama dalam penerapan AUTP dengan skema weather index. Diskusi ini bisa dilakukan bersama dengan Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, dan Bappenas.

Para perusahaan asuransi juga diharapkan dapat bekerjasama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dalam rangka pemanfaatan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) menggunakan teknologi pencitraan satelit untuk mendeteksi awal lokasi-lokasi yang mengalami kebanjiran dan kekeringan.

“Saat ini IT Platform telah dioperasikan dan membantu Asuransi Jasindo dalam melakukan penelitian awal klaim sebelum dilakukan survey ke lapangan,” ungkap Ogi.

Dalam segi bisnis, OJK telah meminta Perusahaan Asuransi untuk melakukan pembentukan cadangan atas pertanggungan yang diterima. Selain itu, Perusahaan Asuransi perlu memastikan dukungan reasuransi dan adanya proses seleksi risiko yang ketat sebelum menerbitkan polis asuransi.

Selanjutnya, OJK mendorong agar Perusahaan Asuransi senantiasa melakukan evaluasi terhadap premi, kajian data klaim dan/atau stress test terkait perhitungan kecukupan cadangan teknis dengan mempertimbangkan risiko yang harus ditanggung di masa mendatang serta apabila diperlukan, mendorong upaya perbaikan term and condition.

“Selain upaya di internal Perusahaan Asuransi, OJK telah meminta Perusahaan Asuransi juga perlu meminimalisir potensi risiko ekstenal dengan memastikan petani dan pemangku kepentingan melakukan mitigasi risiko untuk menurunkan potensi kerusakan tanaman dan melakukan pemantauan terhadap kedisiplinan Petani menerapkan praktik pertanian yang baik sesuai arahan petugas penyuluh lapangan,” tandasnya.

Sumber : CNBC

Related posts

Punya Banyak Keanekaragaman Hayati, Ekspor Ikan Hias Indonesia Terhalang Masalah Klasik

Berkat Hilirisasi, Pengaruh Fluktuasi Harga CPO terhadap Ekonomi Indonesia Jadi Berkurang

Industri Perberasan Dunia Hadapi Tantangan Global