Home » Ramalan Terbaru Harga Sembako Tahun 2024, Efek Perang Hilang?

Ramalan Terbaru Harga Sembako Tahun 2024, Efek Perang Hilang?

by Jhon Sabri
46 views 3 minutes read

Jakarta, CNBC Indonesia – Harga pangan diprediksi bakal melandai tahun 2024 nanti, setelah melonjak dan berfluktuasi tinggi dalam 3 tahun terakhir. Lonjakan harga pangan terjadi akibat efek domino meningkatnya tensi geopolitik hingga pecahnya perang, cuaca, serta meningkatnya biaya energi dan input.

Demikian menurut laporan tahunan Agri Commodity Markets Outlook dari Rabobank. Disebutkan, harga pangan turun sejalan dengan melandainya harga komoditas pertanian. 

Meski begitu, dengan ekspektasi penurunan harga dan meningkatnya ketersediaan Rabobank memperkirakan, permintaan masih akan tetap lemah karena konsumen menghadapi tekanan akibat tantangan ekonomi, termasuk tingginya inflasi dan suku bunga. Rabobank memprediksi, pertumbuhan ekonomi yang lemah pada tahun 2024 akan membatasi pertumbuhan permintaan komoditas pertanian.

Outlook Rabobank tersebut memuat hasil evaluasi prospek sejumlah komoditas pertanian yang penting bagi perekonomian global berdasarkan skenario “base case”, “high case” dan “low case”. Laporan ini menelusuri prospek 10 komoditas pertanian utama pada tahun berikutnya.

“Para produsen masih bergulat dengan dampak perang, cuaca buruk, inflasi input pertanian yang tinggi, dan lemahnya permintaan konsumen. Namun mereka memandang tahun 2024 sebagai tahun kembalinya keadaan normal,” kata Kepala Bidang Komoditas Pertanian Rabobank Carlos Mera, dikutip dari world-grain, Selasa (5/12/2023).

“Yang menang dan yang kalah akan muncul ketika komoditas pertanian melewati titik siklus yang berbeda pada tahun depan. Kami mengantisipasi bahwa sektor roti, produk susu, dan protein hewani akan menjadi penerima manfaat terbesar karena pasar Amerika Selatan kembali ke posisi yang lebih sehat dan meningkatkan pasokan,” paparnya.

Rabobank memperkirakan harga komoditas pertanian utama seperti jagung, kedelai, gula dan kopi akan melemah karena produksi memiliki waktu untuk beradaptasi dengan harga yang tinggi dan permintaan yang masih lemah. Sementara gandum akan tetap bergantung pada cuaca dan ketidakpastian terkait ekspor. Produsen roti, produk susu, dan protein hewani akan menjadi penerima manfaat terbesar dari penurunan biaya input.

Rabobank memperkirakan gandum akan mengalami defisit lagi di pasar global, yang kelima berturut-turut. Hanya akan ada sedikit bantuan dari tanaman di Belahan Bumi Selatan dalam beberapa bulan mendatang, dengan antisipasi produksi Argentina dan Australia yang buruk. Menurut Rabobank, El Niño menyebabkan minimnya kelembaban di ladang-ladang di Australia menjelang musim tanam tahun 2024.

Lebih lanjut, hasil panen Rusia pada tahun 2024 kemungkinan besar akan tetap di atas 87 juta ton, namun perkiraan tersebut bergantung pada ketidakpastian cuaca dan pembatasan ekspor. Sementara itu, perang Rusia-Ukraina akan terus mempengaruhi produksi dan ekspor dan akan menyebabkan menyusutnya surplus ekspor kedua negara.

Menurut Rabobank, harga gandum telah turun sekitar 27% sejak awal tahun 2023, dan sekarang diperdagangkan pada tingkat yang jauh di bawah harga sebelum perang di Ukraina, yang dimulai pada bulan Februari 2022. Pelemahan harga gandum sebagian besar disebabkan oleh kuatnya ekspor Rusia bahkan setelah pembatalan Inisiatif Biji-bijian Laut Hitam dan tekanan dari penurunan harga jagung.

Laporan itu menyatakan, pemulihan permintaan jagung dari penjatahan tahun lalu diperkuat oleh diskon, namun konsumen masih menghadapi tantangan ekonomi. Kuatnya dolar AS dan meningkatnya pilihan biji-bijian pakan bagi negara-negara seperti Tiongkok, yang sedang memanen jagung dalam jumlah besar, akan membuat ekspor AS dan pengurangan stok sulit dilakukan.

“Pemerintah, dunia usaha, petani dan konsumen akan merasa terkepung setelah beberapa tahun yang bergejolak. Saat ini bukan saat yang tepat untuk menyambut baik pemulihan, namun prospek inflasi komoditas pertanian jauh lebih positif dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Mera.

Sumber : CNBC

You may also like