Home » Bapanas Beberkan Kronologi Harga Jagung yang Kini Meroket

Bapanas Beberkan Kronologi Harga Jagung yang Kini Meroket

by Jhon Sabri
41 views 2 minutes read

Jakarta, CNBC Indonesia – Direktur Ketersediaan Pangan Badan Pangan Nasional (Bapanas) Budi Waryanto menyebut ketersediaan jagung di dalam negeri sempat berlimpah sampai membuat harga di tingkat petani anjlok ke Rp2.000 per kg. Kini, harganya sudah melonjak jadi Rp5.610 per kg di tingkat produsen dan Rp7.200 per kg di tingkat peternak, mengutip Panel Harga Badan Pangan, Selasa (5/12/2023, data pukul 18.07 WIB). 

“Tahun lalu, bulan September (2022) itu harga jagung di Rp2.000 (per kg), kemudian para pedagang besar silo nya penuh, panen bahkan. Itu sampai Gubernur nya nelpon ‘ini bagaimana petani kita harganya turun’,” ujar Budi dalam press briefing Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) di Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Padahal, harga acuan pembelian (HAP) jagung di tingkat petani pada saat itu setiap kilogramnya adalah Rp2.500 (kadar air 35%), Rp2.750 (kadar air 30%), Rp2.850 (kadar air 25%), Rp2.050 (kadar air 20%), dan Rp3.150 (kadar air 15%).

“Padahal, patokan yang ditetapkan pemerintah pada saat itu adalah Rp3.150 per kg. Oleh karena itu kita berikan kebijakan untuk jagung tersebut diekspor ke Malaysia, yang di silo-silo dikeluarin, kemudian jagung petani masuk,” jelasnya.

Dari situ, lanjutnya, Peraturan Badan Pangan Nasional (Perbadan) Nomor 5 Tahun 2022 Tentang Harga Acuan Pembelian di Tingkat Produsen dan Harga Acuan Penjualan di Tingkat Konsumen Komoditas Jagung, Telur Ayam Ras, dan Daging Ayam Ras diterbitkan. Yang menjadi kebijakan payung hukum menaikkan HAP jagung di petani menjadi Rp4.200 per kg, dan di peternak Rp5.000 per kg.

“HAP (jagung sebelumnya) Rp3.150 per kg, kemudian diubah Perbadan Nomor 5 Tahun 2022 untuk HAP jagung di petani jadi Rp4.200 per kg, di peternak Rp5.000 per kg,” ungkap Budi.

Namun, ia mengaku pihaknya tidak menyangka jagung mengalami kenaikan sejak memasuki musim kemarau tahun 2023, naik menjadi di atas HAP. Adapun penyebabnya, Budi menduga, pasokan yang mulai berkurang karena ada El Nino atau musim kemarau panjang, sehingga penanaman jagung menjadi drop dan berkurang.

“Tapi nggak nyangka tahun ini naik sampai tinggi banget. Mulai naik di atas HAP (saat) musim kemarau tahun 2023. Sebabnya diduga stok mulai berkurang dan ada El Nino atau musim kemarau, sehingga penanaman berkurang, jadi ngedrop,” ujarnya.

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor jagung Indonesia tahun 2022 sebesar US$49,95 juta. Nilai tersebut meroket 1.079,3% dari tahun sebelumnya (2021) yang hanya sebesar US$4,24 juta.

Menurut negara tujuannya, ekspor jagung Indonesia terbesar tahun 2022 ke Filipina, yakni US$37,10 juta. Kemudian di urutan kedua ada Vietnam, dengan nilai ekspor jagung Indonesia sebesar US$10,95 miliar.

Selanjutnya, Pakistan senilai US$899.987,29. Kemudian, Ekspor jagung ke Singapura senilai US$467.887,21. Sri Lanka turut menjadi negara tujuan ekspor jagung Indonesia senilai US$160.300. Lalu, ekspor jagung ke Jepang dengan nilai US$125.223.

Adapun ekspor jagung Indonesia ke Malaysia senilai US$112.469,25. Sedangkan, Timor Leste menjadi negara tujuan ekspor jagung Indonesia yang kedelapan dengan nilai US$81.865,97.

Sumber : CNBC

You may also like