Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo) optimis tahun 2024 industri kehutanan nasional masih bisa diandalkan sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi dan penarik devisa. Apalagi, situasi di dalam negeri pada tahun depan juga akan ikut berkontribusi dalam supply dan demand kayu lapis.
Optimisme itu disampaikan Bambang Soepijanto dalam sambutannya usai terpilih kembali menjadi Ketua Umum Apkindo untuk masa jabatan 2023-2028 dalam Musyawarah Nasional (Munas) IX Apkindo yang berlangsung selama 23-24 November di Jakarta, Kamis (22/11/2023).
“Ekonomi dunia tahun 2024 diramalkan akan lebih sulit dari tahun ini. Bahkan ada yang memperkirakan ekonomi global bisa terpuruk dan gelap,” ujar Bambang. Hanya negara-negara yang memiliki kekayaan alam melimpah saja — baik itu sumberdaya mineral, energi dan pangan berlebih, plus SDM yang berkualitas — yang bakal mampu menghadapi hantaman resesi.
“Indonesia punya batubara, nikel dan sawit. Belum lagi sumberdaya hutan dan industri kehutanan, yang masih bisa diandalkan sebagai penyumbang pertumbuhan ekonomi dan penarik devisa,” ujar Bambang.
Dia secara khusus menyoroti situasi dalam negeri, yang secara langsung atau tidak langsung, akan mempengaruhi supply-demand kayu lapis nasional.
Yang pertama, katanya, tumbuhnya investasi di Indonesia. Dari data terakhir, investasi di berbagai sektor tumbuh mencapai Rp1.207 triliun. “Dengan pertumbuhan itu, maka dapat dipastikan akan meningkatkan kebutuhan kayu lapis di dalam negeri,” papar mantan Dirjen Badan Planologi Kehutanan ini.
Yang kedua, dia menyebut pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), selain belanja barang pemerintah pusat dan daerah tahun 2024 yang mencapai Rp1.236 triliun, kemungkinan juga berdampak positif terhadap permintaan kayu lapis. “Pembangunan IKN yang banyak membutuhkan bahan baku kayu kemungkinan akan meningkatkan permintaan plywood di dalam negeri,” tandasnya.
Itu sebabnya, Bambang optimis kinerja bisnis kayu lapis kembali cerah, yang ujungnya akan meningkatkan kembali kinerja ekspor kayu lapis.
Sebelumnya, Bambang mengungkapkan bahwa industri kayu lapis nasional memang menghadapi tantangan cukup berat. Mulai dari pandemi Covid-19, kenaikan drastis biaya logistik transportasi laut (freight), perang dagang Amerika-China, perang Rusia-Ukraina yang memicu krisis dunia, seperti krisis pangan, krisis energi dan krisis keuangan.
“Meski demikian, sampai saat ini industri kayu lapis masih bertahan. Bahkan sempat mengalami masa peningkatan ekspor kayu lapis secara signifikan di tengah pandemi. Namun, saat ini memang ekspor kayu lapis sedang mengalami penurunan,” ungkap Bambang.
Berdasarkan data BPS, rata-rata ekspor kayu lapis (kode HS 4412) selama 5 tahun terakhir mencapai 3,74 juta m3/tahun dengan raihan devisa 1,98 miliar dolar AS/tahun. Angka itu relatif sama dengan capaian 2018, meski secara volume ada peningkatan 0,67% tapi secara nilai menurun 3,72%.
“Menurunnya permintaan kayu lapis yang dimulai pada semester II-2022 sampai sekarang ini membuat kinerja ekspor kayu lapis menjadi kurang baik,” ujar Bambang.
Terkait dengan kepemimpinannya di periode yang kedua, Bambang menegaskan bahwa pengurus Apkindo periode 2023-2028 akan tetap memegang komitmen sebagai salah satu agen penyumbang pertumbuhan ekonomi nasional dan pengumpul devisa nonmigas bagi negara. Selain itu juga sebagai penyedia lapangan kerja demgan tetap mendukung program pemerintah, yakni net zero emission untuk Indonesia yang lebih maju, lestari dan makmur.
Munas IX Apkindo sendiri dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang diwakili oleh Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari KLHK, Agus Justianto, dan dihadiri oleh sekitar 130 peserta yang mewakili seluruh anggota Apkindo aktif yang tersebar di seluruh Indonesia, Dewan Pengurus, Dewan Penasehat dan Dewan Pengawas serta perwakilan Komisariat Daerah (Komda) Apkindo.